01 July 2007

Petani Sayur Tawangmangu Beralih ke Tanaman Stroberi

Karanganyar, Kompas - Tidak stabilnya harga komoditas sayur-mayur selama ini mendorong sejumlah petani di sentra pertanian Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Jawa tengah, beralih mengembangkan budidaya tanaman stroberi. Harga jual buah stroberi lebih stabil dan nilai jualnya juga lebih tinggi karena belum banyak petani di daerah lain yang mengembangkan jenis tanaman yang cocok ditanam di daerah dingin ini.

"Untuk wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta, baru kelompok kami yang secara serius mengembangkan stroberi. Seperti petani di Kopeng (Kabupaten Magelang), saya lihat belum ada yang mengembangkan tanaman stroberi," kata Marjono, Ketua Kelompok Tani Stroberi Sumber Agung, ketika ditemui di Desa Kalisoro, Kecamatan Tawangmangu, Kabupaten Karanganyar, Selasa (9/12).

Marjono menjelaskan, setiap satu hektar lahan tanaman stroberi bisa menghasilkan hingga 150 kilogram buah. Harga buah dari petani untuk jenis super atau kelas A mencapai Rp 15.000 per kilogram (kg). Setelah dipak dalam plastik transparan, stroberi dijual ke supermarket seharga Rp 30.000 hingga Rp 35.000 per kg.

"Sampai sekarang ini ada sekitar 20 supermarket di Jateng dan DIY yang siap mengambil hasil tanaman kami," ujar Marjono. Dikatakan, ia dan 24 petani di Kelompok Tani Stroberi Sumber Agung mulai membudidayakan stroberi tahun 1999. Langkah ini diambil karena petani selalu dirugikan akibat harga sayur-mayur yang tidak pernah stabil.

Bermula dengan menanam stroberi ana (jenis lokal), kata Marjono, ia dan teman-temannya mulai memikirkan untuk mengembangkan tanaman stroberi yang cocok dengan iklim di di Lereng Gunung Lawu dengan ketinggian 1.200 di atas permukaan air laut. Dengan biaya sendiri, mereka mengadakan studi banding ke Lembang, Jawa Barat; Malang, Jawa Timur; dan Bali.

"Dari studi banding itu, kami mendapatkan empat jenis stroberi, yaitu jenis silva, daun keriting, daun bundar, dan tristar. Yang paling cocok untuk daerah kami adalah jenis daun keriting dan tristar. Mulai tahun 2000 kami mengembangkan di lahan seluas tiga hektar," ujarnya. Saat ini ada sekitar 20 supermarket yang siap menampung.

"Tanaman stroberi ini tidak bagus kalau terkena hujan. Karena itu, kami hanya bisa mengembangkan setiap musim kemarau. Kami mulai menanam bulan Februari-Maret, nanti bulan Juli sudah panen," kata Marjono lagi. (IKA)

Diambil dari Kompas.com, 10 Des.2003

No comments:
Write komentar