LAHAN pertanian di Tawangmangu yang terletak di lereng Gunung Lawu, tepatnya 30 kilometer dari Kota Karanganyar, memang terkenal kesuburannya. Dari daerah itu dihasilkan berbagaai jenis sayur-sayuran dan buah-buahan yang berkualitas tinggi, seperti wortel, sawi, kobis, pisang, ubi, jeruk, dan lainnya.
Sayur dan buah-buahan sebagian untuk memasok kebutuhan di wilayah sekitarnya, seperti Solo, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, maupun Klaten.
Setelah masa keemasan jeruk Tawangmangu yang terkenal manis dan sedikit masam mulai turun akibat serangan hama, para petani terutama yang tinggal di Desa Kalisoro mulai membudidayakan strawberry sebagai pengganti jeruk.
Dari berbagai jenis strawberry yang ada seperti lokal, ana, silva, treestar, dan daun keriting, petani lebih memilih treestar dan keriting. Pilihan itu tidak asal dilakukan. Sebelumnya, mereka telah melakukan studi banding ke Bogor, Bali, dan Malang.
''Kami memilih treestar dan daun keriting karena memang cocok ditanam di sini. Namun, bukan berarti jenis lainnya tidak bisa ditaman di sini. Jenis lainnya juga bisa ditanam, tapi hasilnya tidak optimal,'' kata Marjono, ketua kelompok tani strawberry ''Sumber Agung'', Kalisoro.
Bebas Pestisida
Saat ini tanaman strawberry baru dikembangkan di lebih dari 3 hektare lahan di Tawangmangu. ''Kami mulai melirik lahan di tempat lain untuk mengembangkannya. Sebab lahan di Tawangmangu terbatas,'' kata dia yang mengaku mulai merintis menanam buah itu tahun 1999 lalu.
Marjono menuturkan, sebelum tertata dan terbentuk kelompok seperti sekarang ini, pola tanam strawberry masih bersifat liar. Artinya, mereka menanam tapi buahnya dimakan sendiri. Kalau pun dijual, untungnya tak seberapa karena hasilnya jelek. Tapi sekarang banyak petani yang mulai serius menanam strawberry. Bahkan, mereka mengandalkan hidupnya dari tanaman itu, karena keuntungannya cukup besar.
Setiap 1 kilogram strawberry yang kategori super, petani menjual pada pedagang di supermarket dan swalayan seharga Rp 35.000. ''Saya tidak tahu berapa rupiah para pedagang itu menjual kembali pada konsumen di supermarket,'' tuturnya.
Marjono kembali menuturkan, strawberry yang dijual bebas dari pestisida, sehingga langsung bisa dimakan tanpa takut keracunan.
Biasanya kalau petani menggunakan pestisida dalam bercocok tanam, maka buah yang baru dipanen akan membusuk dalam jangka waktu dua hari. Dan petani pun akan rugi sendiri.
''Namun agar para konsumen sreg dalam mengonsumsi, kardus atau plastik yang digunakan sebagai kemasan ada tulisan: Bebas Pestisida, Bisa Langsung Dimakan.'' (Langgeng Widodo-74)
Diambil dari Suara Merdeka, 23 Juni 2003.
02 July 2007
Strawberry Tawangmangu Bebas Pestisida
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Write komentar