Kami menyebutnya Pasar Kono. Kono diucapkan dengan “O” seperti mengucapkan ‘soto’, bukan ‘O’ pada kata ‘tolong’. Kono dalam bahasa Jawa berarti (dekat) situ, bukan ‘sini’ atau ‘sana’. Kono mengisyaratkan bahwa sesuatu itu dekat, berada dalam jarak yang bisa dijangkau si pengucap, tapi tidak persis di dekatnya. Ada padanan yang pas dalam bahasa Jepang, yaitu ‘soko’, tetapi tidak ditemukan padanannya (atau belum?) dalam bahasa Inggris. Lah, ribet banget ya kalau dibahas, padahal maksudnya sama-sama paham. Situ…ya benar, dekat situ :)
Pasar Kono adalah balai desa yang terletak di tengah dusun Pancot. Wajar saja kalau warga Pancot menyebutnya kono, karena memang letaknya dekat dengan rumah mereka. Sedangkan warga di luar Pancot biasa menyebutnya sebagai Pasar Pancot.
Dikenal sebagai pasar, tentunya memang pernah difungsikan sebagai pasar. Tetapi jangan dibayangkan bahwa pasar ini seperti pasar pada umumnya. Hanya pada hari tertentu dan jam tertentu sajalah pasar ini hidup.
Dalam sepekan, ada dua hari yang disebut pasaran bagi warga Pancot, yaitu Pahing dan Kliwon. Sementara di pasar Kecamatan (Pasar Tawangmangu), hari yang disebut pasaran adalah Pon dan Legi. Agaknya, hari pasaran di Pancot memang sengaja dipilih sehari sebelum hari pasaran di Tawangmangu. Mungkin dengan pertimbangan agar sehari setelahnya barang dagangan dari Pancot bisa langsung dibawa ke Pasar Tawangmangu.
Mengenai waktunya, pasar di Pancot hanya menggeliat selama beberapa jam di pagi hari, dimulai setelah Subuh sampai kira-kira pukul 8 pagi. Ibu-ibu membawa hasil panennya berupa bawang merah, bawang putih, atau sayuran lain ke pasar ini untuk selanjutnya dibawa oleh pedagang/pengepul ke pasar kecamatan atau pasar besar di kota lain.
Seperti umumnya balai desa, Pasar Kono juga difungsikan sebagai tempat untuk melaksanakan kegiatan kemasyarakatan. Pada peringatan 17 Agustusan, bisa dipastikan bahwa acara puncak pasti diadakan di Pasar Kono dengan menampilkan berbagai pertunjukan seni, hasil kreativitas anak-anak muda Pancot. Pada upacara Mondosiyo, Pasar Kono juga dipakai sebagai tempat Badekan, yaitu salah satu rangkaian upacara Mondosiyo dengan melepas beberapa ekor ayam di atap Pasar Kono dan warga berlomba-lomba menangkap ayam tersebut. Warga hanya boleh menghalau dan memancing si ayam, tetapi tidak boleh naik ke atap.
Selain itu, pasar Kono juga masih dipakai untuk hal-hal lain, seperti pertemuan warga, tempat mengadakan perlombaan, tempat pementasan wayang kulit tiap bulan Suro, bahkan kadang dipakai juga sebagai tempat resepsi bagi warga yang hajatan. Dengan melihat bermacam kegunaannya, keberadaan Pasar Kono bagi warga Pancot memang sangat multifungsi.
Dan ternyata, Pasar Kono memang melekat di hati warga Pancot. Dimanapun berada, entah di kota lain maupun di negara lain, mereka selalu menyebutnya 'Pasar Kono,' bukan 'pasar desa' atau 'pasar' saja. Seakan pasar itu memang ada di dekat mereka. Seakan mereka cukup berjalan kaki untuk sampai di sana.
Mungkin mereka sedang berada di daerah yang berjarak ribuan kilometer dari kampungnya, tetapi tetap saja, ketika bercerita tentang pasar itu, mereka menyebutnya ……Pasar Kono :)
No comments:
Write komentar