Ow ow ow...ternyata hari ini Hari Ibu :)
Lihat jejaring sosial, semua tentang Ibu. Status di fesbuk, kicauan di Twitter, riuh bener ngomongin Ibu. Koran-koran pun demikian, headlinenya tentang Ibu. SMS pagi-pagi dari temen, tentang Ibu juga. Hmmm…
Ternyata ungkapan sayang terhadap Ibu, di era teknologi seperti sekarang ini, gampang banget diekspresikan ya. Tapi terus terang saya sedikit mikir, dari sekian banyak status fesbuk dan kicauan twitter itu, berapa persen yang diungkapkan langsung ke Ibunya ya?sampeyan sudah bilang ke Ibu belum?hehehe…
Jadi ingin sedikit berceloteh tentang Ibu-ibu di Pancot.
Saya sering terheran-heran dengan peran yang disandang ibu-ibu di Pancot. Bagaimana sosok wanita yang katanya adalah kaum lemah ini bisa begitu “perkasa” di kampung saya ini. Tiap hari mereka mengurusi banyak hal, di rumah maupun di luar rumah, tak mengindahkan rasa capek yang pasti mereka rasakan. Mereka bangun tidur jauh lebih pagi dari para bapak, dan acapkali tidur lebih larut dari anggota keluarga yang lain. Mereka nyaris tak punya waktu istirahat, selalu saja sibuk dengan ini dan itu. Ah, Ibu…
Gb. diambil dari bintang.com |
Berbeda dengan paradigma umum yang mengatakan bahwa “bapak mencari nafkah, sedangkan ibu mengurus rumah,” setahu saya, Ibu-ibu di Pancot adalah pemegang kendali ekonomi keluarga. Tak semuanya, tapi hampir 90 persen Ibu lah yang mengurus tetek bengek ekonomi.
Mayoritas Ibu-Ibu di Pancot adalah petani. Meskipun beberapa di antaranya ada yang berprofesi sebagai pedagang atau pegawai negeri, tetapi mereka juga memiliki lahan pertanian. Sehingga, bisa dikatakan bahwa hampir semuanya adalah petani.
Sebagai petani, mereka mengelola banyak hal, mulai dari pembelian benih, penanaman, pembelian pupuk, pembelian pestisida, panen, penjualan hasil panen, pembayaran tenaga macul, tenaga matun, usung abuk, dll. Di sisi lain, bapak-bapak biasanya hanya fokus pada urusan mencangkul, penyemprotan, dan angkut-angkut hasil panen. Jarang sekali kaum bapak yang terlibat kalau sudah menyangkut urusan keuangan.
Selain mengurusi pertanian, Ibu-Ibu di Pancot juga mengurusi anaknya yang masih sekolah. Tiap pagi si anak selalu minta uang saku ke Ibu, jarang yang minta ke Bapak, termasuk kalau pembayaran SPP dan lain sebagainya.
Di luar urusan keluarga, Ibu juga masih berkecimpung dalam kegiatan kemasyarakatan. Ada pengajian, arisan ini, arisan itu, dan lain-lain, termasuk juga rewang kalau ada tetangga yang mantu.
Di sinilah, mereka bisa membagi waktu, tenaga, dan pikirannya untuk melakukan banyak hal di saat yang bersamaan. Banyak urusan yang bisa dilakukan oleh ibu itu belum tentu bisa selesai kalau yang menangani adalah Bapak. Saya yakin dalam hal ini. Bukannya meremehkan kemampuan bapak-bapak Pancot, tapi Ibu jauh lebih fleksibel dan memang tertempa untuk tahan banting. Hebat sekali, bukan?
Sebenarnya saya masih ingin bercerita tentang kegiatan ibu-ibu Pancot itu, tentang Dharma Wanita, tentang kegiatan nyapu plus arisan tiap hari tertentu, tentang arisan sembako, tentang pengajian Ibu-Ibu, dll. Tetapi agaknya, pengetahuan saya kurang dalam hal ini. Saya perlu narasumber yang harus diwawancarai dulu. InsyaALLAH nanti tulisan dilanjutkan lagi.
Bersambung…
Nb: Oya, mumpung hari Ibu, saya ingin mengucapkan Selamat buat Ibu-Ibu maupun calon Ibu. Semoga amal bakti panjenengan dicatat khusus oleh Allah sebagai pengabdian terluhur yang menaikkan derajat panjenengan di dunia maupun akhirat. Amin.
No comments:
Write komentar