27 January 2016

Bedah Kampung Virtual


Desain karya @MasnoArt

(Ini tulisan lama yang pertama kali dimunculkan pada tanggal 27 Juni 2008 di milis Yahoo. Tulisan ini sengaja saya unggah kembali, semoga masih menyentil. Saatnya "Sithik-Sithik mBangun nDesa" kita semarakkan lagi)


Sobat, Seingatku dan Sepengetahuanku:


1). Dulu kita punya reog Mandhiro Mulyo, terus ganti nama jadi Singo Lawu, terus ganti lagi jadi Singo Pancot Mulyo....Tapi aku gak tahu alasan kenapa gonta-ganti nama begitu dan kapan persisnya..

2). Di sekitar gal Njalen,sebelah utara kampung kita, ada makam kuno yang konon makamnya "Kyai Buntut". Konon pula yang dimakamkan di sana orangnya "berekor"...Tapi aku gak tahu lebih jauh lagi siapa Kyai Buntut itu,apakah leluhur kita?Kabarnya di Mbedhali dan Cempuris juga ada makam kuno kayak gitu?benarkah?

3). Waktu aku kecil, sering sekali kampung kita kedatangan Misionaris dari Alkitab Balekambang, mereka ngajak latihan nyanyi dsb....Tapi aku gak tahu kenapa tiba2 mereka berhenti?Adakah perlawanan dari aktivis kita jg?ato kenapa?walhasil, sampe sekarang kampung kita 100% muslim

4). Dulu pernah ada grup musik Maharani, aneka kelompok kenthongan, Qasidah, de el el...Tapi aku gak tahu persis kapan mereka eksis, orang-orangnya siapa aja?dan bagaimana kiprahnya?

5). Dulu (katanya) kita dimanjakan oleh buah jeruk manis dan apel yang hampir semua orang kampung kita menanamnya, saking banyaknya sampe-sampe kalo pagi anak-anak kecil suka nyari "gogrokannya", dan jeruk Tawangmangu kala itu sangat terkenal sekali ke daerah lain... Tapi aku gak tahu kenapa sekarang gak ada lagi/lenyap?kapan masa-masa kejayaan jeruk itu?

6). Pernah orang-orang sekampung kita shalat Ied di dua lapangan yang berbeda...Mungkin nanti akan ada yang bertanya, "KENAPA"?

7). Dulu kita dimanjakan pula oleh tanaman Bawang Putih, Bawang Merah, Kobis, Sawi, de el el, yang hasilnya sangat bagus yang membuat ekonomi orang-orang kita "agak" di atas kampung-kampung lain....Tapi aku masih belum ngerti, kenapa sekarang bawang gak "menthel", kobis dan sawi "mbendhol", wortel "ceweng"...cuma masalah ilmu pertaniankah?atau ada alasan lain? orang-orang kita gak "kufur nikmat" kan?lha...di sini, aku juga masih belom paham...

8). (Katanya) orang-orang kita dulu masih kecil (10 tahunan) sudah dikawinkan, diarak keliling desa lagi...Tapi aku juga belom tahu kapan tradisi itu berakhir?gimana prosesinya?apa langsung satu rumah pengantin kecil itu?.....

9). Dulu pernah ada kasus "Gal Sere", kalo gak salah kasus sengketa tanah dgn pihak mana gitu (apakah PPT/Mangkunegaran???)...Tapi aku kurang tahu persis kapan kasus heboh itu?gimana perjuangannya n hasilnya?

10). Dulu kalo orng punya gawe/hajatan, meriahnya bukan main, siang rame, malamnya apalagi...tontonannya top markotop, kayaknya hampir semua tokoh seni yang mahsyur di tanah jawa pernah singgah ke kampung kita, sebut saja: Ki Anom Suroto, Ki Manteb Sudarsono, Gito-Gati, Sandhirono-sandhirene, Kethoprak Wahyu Budoyo, Manthous, Kirun n Bagiyo, Rahmini, Ki Joko Edan de el el...Sekarang hampir semua orang yang punya hajat ambil praktisnya, resepsi... Sedemikian hebatkah orang2 kita dulu?Ato rasa gengsi yang dominan?sekarang?orang2 dah
mulai "realistis" kah?ato emang sudah "gak terjangkau"?...aku juga kurang tahu....

11). (Katanya) Ada sesepuh kita yang transmigrasi ke Banjarmasin, Kalimantan, ada yang merantau ke Surabaya, bahkan Sumatera, hanya saja sebagian masih bisa kelacak, tapi sebagian sudah gak tahu rimbanya...Masih eksiskah beliau-beliau itu?Anak keturunanya masih bisa dihubungikah?

12). Hampir 50% pemuda kita yang merantau di Jabotabek menekuni bisnis bingkai dan lukisan....Adakah yang bertanya, "Kok mereka bisa punya skill seperti itu?", "Dari mana belajarnya?","gimana marketnya?", "bahan2nya dari mana?...

13). Pernah orang2 kita kompak Ndemo nolak calon Lurah...nanti pasti ada yang bertanya, kenapa didemo dan kapan itu?

14).  Sebagian besar orang-orang Pancot punya "Araman"/lahan rumput di tanah Perhutani......Tapi aku belom jelas bagaimana status kepemilikannya, sewa ato dikasih cuma2 oleh Perhutani?kok bisa diperjualbelikan/dipindahtangankan? awal2 pembagiannya gimana? kok gak semua orang punya?

15). Dalam hal "Macul/Pelakan", ternyata ada banyak tahapan yg RUTIN dijalanken oleh petani-petani kita, ada yg namanya nyisik, mbelehi, nungkep, ngleler, dsb.....Tapi aku belom paham bener urutan selengkapnya, mungkinkah akan selamanya seperti itu?Ato ada harapan suatu saat bisa digantikan dengan mesin, sebagaimana traktor digunakan di sawah?atokah ada cara khusus tuk lahan miring kaya gitu?


16). (Katanya) tahun 1925 /tahun "Slawe" ada kejadian besar "Dum-duman Kopyokan" yg menandai awal pembagian "kopyokan/lahan pertanian", dari status tanah yg semula milik Kolonial dan Mangkunegaran trus dibagikan ke Penduduk....Tapi lagi-lagi aku belom paham bener gimana prosesnya, acak ato berdasar apa?apakah semua orang dapat jatah?

17). Ada yang namanya REISPA, IVOP, DWIPA, LPP, ato apa-apa lagi....pernah ada tren bela diri tenaga dalam...pernah ada xxxxxxxx



PROYEK JANGKA PANJANG...PROYEK YANG GAK DIBURU WAKTU, GAK HARUS CEPET SELESAI...TAPI MINIMAL HARUS KITA MULAI DARI SEKARANG....:)



Maksudku gini,

"Seingatku dan sepengetahuanku" di atas cuma sekelebat dari yang bisa aku ingat (dari satu kepala), lha kalo ingatan dan pengetahuan kita semua dikumpulin, pasti banyak hal yang bisa diungkap dari kampung kita tercinta...Alangkah bagusnya kalau poin-poin itu kita kumpulin, trus kita bikin arsip yang rapi, entah itu cerita manis atau cerita pahit tentang orang-orang kita, kita bikin albumnya....

Menurutku, kalau kita mengingat-ingat hal kayak gitu, pasti gak bakalan lama ingatnya, tapi kalo sebagian ingatan itu kita taruh di internet, ibaratnya kita minta tolong internet untuk menyimpannya, Insya Allah kelak sampe akhir zaman hal-hal kecil itu akan tersimpan dan bisa dinikmati kembali oleh siapapun, baik oleh kita kelak sebagai sebuah memorabilia, maupun oleh anak-anak kita, termasuk anak-anak kota yang leluhurnya dulu adalah orang-orang Pancot. Pasti ada segelitik keinginan dari mereka untuk mengtahui lebih jauh tentang kampung asal leluhurnya.

Sedikit-sedikit yang bisa diingat kita buat coretannya, lalu pelan-pelan kita masukkkan ke blog kita, sementara pake www.pancot.blogspot.com dulu, nanti kalo ada kemajuan, pake hostingan yang resmi juga gampang, paling sekitar 100 ribuan/tahun...urunan wong 100 sewu-sewu, yo kan?hehe...

Uuuhhhh...kayaknya berat banget ya?...sebenarnya nggak...Langkah praktisnya gini aja:

(1). Kalau kita nemuin foto-foto lama, baik tentang olahraga tempoe doeloe, 17-an, kesenian, de el el, kita simpan aja foto-foto itu, nanti kita masukin di milis ini, trus pelan-pelan, bareng-bareng, kita edit dan pindahkan ke www.pancot.blogspot.com. Termasuk bagi yang masih punya motor/radio/ televisi model lama, gak ada salahnya kita abadikan.  Pakai HP kan sekarang sudah gampang untuk ngambil gambar itu, kan?

(2). Coba bersama-sama kita ingat-ingat hal-hal yang "Pancot banget".  Kalau pas inget dan belom sempat atau ga mau pusing bikin coretan, simpen dulu ingatan-ingatan itu di grup....kasih judul "Seingatku" ato apalah, syukur-syukur ada yang nambahin, kalo gak, minimal "Nyanthol" dulu dan gak lupa lagi...ya kan?

Sobat, ini bukan hal berat, tapi aku tahu persis, kendala dari ini cuma satu....terkesan TERLALU GITO...yeah...GITO, satu kata yang sampe sekarang belom aku temukan padanan katanya di bahasa Indonesia ato bahasa lain, kata yg hanya dipahami oleh orang-orang Pancot, belom tentu dipahami org di luar Pancot. Ada nuansa ejekan dan acuh di kata ini...kata yg membuat org yg dikenai kata ini biasanya jadi down,  nglokro, isin, minder, trus mutung, apalagi biasanya yg ngucapin ini jg sambil "GITO", hehe.....:) Tapi aku yakin kok, rasa cinta Pancot kita gampang tuk ngelawan satu kata ini...semoga :)

Sekarang semua kabupaten punya website, dua puluh tahun lagi, mungkin semua kecamatan juga punya website, mungkin tiga puluh tahun lagi semua desa punya situsnya sendiri...dan berbahagialah Sobat, kita jauh-jauh hari dah memikirkan jatah buat kampung kita... Lagian, Kampung kita ki kuueeciiilll buanget, kalo bukan kita sing nggagas, jangan harap orang-orang di atas sana serius mikir kampung kecil kita :)

btw wis capek mocone? yen durung aku sing capek nulise,:)

Siji maneh, Bung Karno nate ngendiko,"Engkau bisa menyumbang mawar, sumbanglah mawar...engkau bisa menyumbang cempaka, sumbanglah cempaka...Engkau bisa menyumbang Melur, sumbanglah melur pada Ibu Pertiwi!!!"...

Mengadopsi kata-kata beliau terlalu "Gito" gak yo?hehe....

Salam saking sabrang kali....
@Satoras

No comments:
Write komentar