01 December 2010

Usaha Bingkai

Mencoba sedikit memotret kehidupan anak-anak Pancot yang merantau ke Jabodetabek, khususnya mereka yang bergelut di dunia bingkai alias pigura.

Sebagian besar anak-anak Pancot di sana berwiraswasta sebagai pengusaha bingkai, meskipun ada juga yang bekerja di sektor lain. Di bidang bingkai, ada yang menjalankan usahanya seorang diri, tetapi ada juga yang mengajak temannya. Ada yang memiliki satu tempat usaha, ada juga yang memiliki lebih dari satu. Ada yang berusaha dengan modal sendiri, tetapi banyak juga yang bekerja sama dengan orang lain alias patungan.

Global Framenya Mas Harjito Bogor



Mengapa anak-anak Pancot mayoritas bekerja di usaha bingkai?Darimana mereka belajar keterampilan bingkai?Bagaimana prospek usaha bingkai? Pertanyaan-pertanyaan tersebut hanyalah sebagian kecil dari hal-hal yang bisa ditanyakan perihal bingkai. Masih banyak pertanyaan lain yang bisa diajukan, baik secara ekonomis, sosial maupun secara teknis (bagaimana cara memilih kayu, cat, dsb).


Usaha bingkai sebenarnya tergolong baru bagi warga Pancot, mengingat sebagian besar dari mereka adalah petani dan pedagang. Tidak ada bekal keterampilan dari rumah yang berkaitan dengan perbingkaian atau lukisan. Mereka berangkat merantau dengan modal nekat. Berawal dari satu dua orang yang bekerja di usaha bingkai milik pengusaha cina pada tahun 1995an, akhirnya keterampilan membuat bingkai menular ke anak-anak Pancot lain. Sampai sekarang, ada berpuluh-puluh toko bingkai milik anak-anak Pancot yang tersebar di sekitar Jabodetabek.

Sebelum seseorang berani membuka usaha sendiri, dia biasanya belajar dulu (istilah kerennya: magang, istilah kunonya: nyantrik :) kepada teman yang sudah lebih dulu bergerak di bidang itu. Banyak yang harus mereka pelajari, seperti: belajar menghafal berbagai jenis kayu, belajar kombinasi warna cat, belajar keterampilan memasang beraneka model bingkai, belajar menentukan daftar harga, dan sebagainya. Setelah dianggap menguasai beberapa keterampilan dasar tersebut, mereka boleh mencoba peruntungan dengan membuka usaha baru, bisa dengan modal sendiri atau bekerja sama dengan teman lain yang mau berperan sebagai pemodal.

Jika ditelisik lebih dalam, dari sisi ekonomi, usaha bingkai cukup menjanjikan. Tak mengherankan bila anak-anak Pancot generasi sekarang lebih memilih merantau meninggalkan kampung halamannya untuk bergabung dengan seniornya yang sudah lebih dulu terjun di usaha ini. Dari sisi kebebasan, seperti pengusaha lainnya, mereka berkuasa penuh atas waktu kerja. Mau buka jam berapa, mau tutup jam berapa, terserah mereka. Sehingga mereka bisa mengatur waktunya untuk kegiatan lain, misalnya olahraga, ngaji, ataupun belajar keterampilan lain.

Dari sisi persaudaraan, dengan semakin banyaknya toko bingkai, menjadi lebih erat pula ikatan mereka. Saling berbagi lukisan, kayu, atau bahan-bahan lain bukanlah hal aneh bagi anak-anak Pancot. Saling keroyokan membantu ketika ada teman mendapat order banyak, saling menjaga kios teman ketika ada yang pulang kampung, dan berbagai bentuk solidaritas lainnya. Pendek kata, ternyata dari satu jenis usaha seperti bingkai ini saja, banyak dimensi yang terkait, dan semuanya bermanfaat bagi pengembangan diri anak-anak Pancot.

Akan tetapi, masih ada yang terasa kurang. Selama ini anak-anak bingkai selalu membeli lukisan dari luar. Ada pedagang lukisan yang rutin mendatangi kios/galeri mereka dengan membawa puluhan lukisan dan menawarkannya kepada mereka. Belum ada diantara mereka yang menekuni profesi sebagai pelukis. Mereka lebih menitikberatkan pada kualitas bingkai/pigura daripada lukisannya. Padahal, jika saja ada satu atau beberapa pelukis di antara mereka, InsyaALLAH bisa dipromosikan dan dipajang di puluhan toko bingkai milik teman-teman Pancot sendiri. Simbiosis yang menguntungkan kedua pihak sebenarnya: pihak pelukis dan pihak pengusaha bingkai (pemilik galeri).

Satu hal lagi, mungkin sudah saatnya melihat prospek bingkai di kota besar lain selain Jabodetabek. Banyak anak-anak Pancot yang merantau ke daerah lain, seperti Surabaya, Malang, Batam, dll. Apakah usaha bingkai di daerah-daerah tersebut sudah digarap, baik oleh anak Pancot maupun luar Pancot? Apakah pernah diteliti bagaimana prospek usaha bingkai di sana? Apakah cukup menjanjikan juga ? Bagaimana dengan ketersediaan bahan?

Dari sederet pertanyaan di atas, mungkin satu yang terpenting, "Adakah yang berkenan merintisnya di sana?"

2 comments:
Write komentar
  1. semangat pejuang bingkai,,,,sby insyaallah mengikuti jejakmu...sinau n kumpul2 sek rekkk,,,,,,

    ReplyDelete
  2. hahaha...bagus bagus...kota lain gak boleh kalah sama Batavia...kudu berplangkan-plangkan ria juga :P

    ReplyDelete