10 July 2008

Berkenalan dengan Prabu Boko

Perkenalkan, namaku Prabu Boko, Raja raksasa pemakan daging manusia.

(sengaja ditulis Prabu Boko, bukan Prabu Baka, karena "Baka" berarti "Goblok" dalam bahasa Jepang. Aku kan gak goblok, cuma sadis aja, hehe...Huss, aku bener2 sadis, jangan ketawa!!!).


Para pembaca tahu, begitu melegendanya namaku, sampai-sampai aku muncul dalam cerita rakyat di beberapa daerah. Meskipun inti ceritanya sama atau mirip-mirip, tapi tumpang tindihnya namaku di beberapa cerita tersebut kadang bikin bingung mereka yang pengin berkenalan denganku.

Pertama, namaku muncul dalam legenda Candi Prambanan di Jawa Tengah.

Aku dikisahkan sebagai raja lalim dari keraton Boko yang mempunyai putri cantik bernama Roro Jonggrang.

Singkat cerita, kerajaanku berperang melawan pasukan kerajaan Pengging dibawah pimpinan putra mahkota Pengging, Raden Bandung Bondowoso. Karena kalah adu kesaktian, Bandung Bondowoso berhasil mengalahkan aku dan berusaha memperistri putriku. Namun, dengan akal cerdiknya, putriku berhasil mengelabuhi Bandung Bondowoso karena ia enggan diperistri oleh orang yang telah membunuh ayahnya. Diakhir cerita, putriku dikutuk menjadi patung oleh Raden Bandung Bondowoso itu.

Di dekat candi Prambanan juga ada candi atau komplek Ratu Boko, yang juga sering dikaitkan dengan namaku.



Kedua, Kalau pembaca suka mengikuti cerita pewayangan Jawa, namaku muncul sebagai seorang raja raksasa pemakan daging manusia di kerajaan Ekacakra.

Alkisah, Pandawa lari ke hutan setelah peristiwa terbakarnya rumah kardus dalam cerita "Bale Sigala-gala". Akhirnya sampailah mereka ke wilayah kerajaanku, Ekacakra. Karena ingin menolong rakyatku yang tersiksa karena kelalimanku, maka satria penengah Pandawa, Raden Bima, rela mengorbankan dirinya untuk menjadi santapanku. Akan tetapi, jangankan memakannya, malah aku sendiri yang akhirnya menemui ajal di tangan Bima.


Ketiga, namaku muncul dalam legenda rakyat Ponorogo, Jawa Timur.

Aku dikisahkan sebagai Raksasa penguasa hutan keramat di wilayah Ponorogo. Sampai akhirnya datang seorang musafir bernama Ajisaka yang (lagi2) mengakhiri riwayatku.


Terakhir, dalam legenda Mondhosiyo di desa Pancot,desa kecil di lereng gunung Lawu.

Aku disebut-sebut sebagai raksasa yang selalu minta persembahan daging manusia. Namun pada hari naasku, yang datang bukannya korban yang aku minta, melainkan Raden Tetuko dari Pertapaan Pringgodani.
(foto Pertapaan Koconegoro di Pringgodani, diambil dari koleksi "Ah Indonesia"

Seperti dikisahkan di beberapa artikel di blog ini, aku dihempaskan oleh si Tetuko ke sebuah batu bernama Watu Gilang...
Remuk badanku, Otakku ambyar dan menjelma jadi bukit kapur bernama Gunung Gamping, gigi taringku (siung) menjadi Bawang Putih, dan gigi gerahamku menjadi Bawang merah (Brambang)...

Mungkin namaku masih disebut-sebut dalam cerita ato legenda di daerah lain, nanti kalau ada perkembangan aku informasikan lagi ke pembaca.

Namanya juga legenda, keberadaanku boleh dipercaya boleh tidak, yang jelas bagi yang mau mengenalku lebih lanjut, silakan mengunjungi daerah-daerah di atas, mungkin ada referensi lain tentang aku.

Satu lagi, aku gak mau menampakkan diri di jaman sekarang. Tau kenapa? jujur saja, karena kalah pamor dengan Prabu Sumanto dari Purbalingga...hehe.....Huss, jangan ketawa, aku masih sadis..!!! (SS)


1 comment:
Write komentar
  1. ketika baca ini saya ngekel mas, seharusnya ini bukan mitos atau sejarah atau bahkan pewayangan... tetapi kang mas Sumanto di waktu dulu... kalau ke-akuan itu jenengan bearti jenengan doyan manusia???heee

    kalau aku seh doyan daging manusia yang masih mentah...
    tapi ada syaratnya mas sartono...
    awanceria@yahoo.com

    ReplyDelete